Sejarah Bilangan Negatif: Dari Ditakuti hingga Diterima

 

https://pixabay.com/


Penulis: Idha Karina

Kita mungkin sudah terbiasa dengan bilangan negatif, seperti -1, -2, atau -10, dalam kehidupan sehari-hari. Tapi tahukah kamu bahwa bilangan negatif dulu pernah dianggap aneh, bahkan ditakuti oleh para matematikawan zaman dahulu? Yuk, kita lihat bagaimana perjalanan sejarah bilangan negatif, dari awalnya ditolak hingga akhirnya diterima sebagai bagian penting dalam matematika modern!

1. Awal Mula: Bilangan Negatif yang Ditolak

Di masa lalu, para matematikawan kuno, terutama di Yunani dan Romawi, merasa bilangan negatif itu tidak masuk akal. Mereka hanya menggunakan bilangan positif untuk menghitung sesuatu yang nyata, seperti jumlah barang atau panjang jalan. Mereka berpikir, bagaimana mungkin ada sesuatu yang "kurang dari nol"? Konsep ini terasa janggal, karena tidak ada objek nyata yang bisa mewakili "negatif" dalam hidup sehari-hari.

Sebagai contoh, jika kita punya 5 koin, lalu memberi 5 koin itu kepada seseorang, kita sekarang punya 0 koin. Tapi bagaimana jika kita mencoba menghitung sesuatu yang lebih rendah dari 0? Itu terasa mustahil bagi mereka.

2. Bangkitnya Bilangan Negatif di India dan Cina

Berbeda dengan pandangan Yunani, matematikawan di India dan Cina justru lebih terbuka terhadap konsep bilangan negatif. Di India, sekitar abad ke-7, matematikawan seperti Brahmagupta (seorang matematikawan dan astronom India) sudah mulai menggunakan bilangan negatif untuk menyelesaikan persamaan matematika, terutama dalam perhitungan utang dan kekayaan. Di Cina, bilangan negatif juga digunakan dalam konteks keuangan, seperti mencatat utang. Mereka menyebut bilangan negatif sebagai "utang" dan bilangan positif sebagai "harta". Namun, meskipun sudah digunakan, bilangan negatif tetap dianggap sedikit "aneh" dan masih belum diterima sepenuhnya di dunia Barat.

3.  Perjalanan ke Eropa: Penolakan dan Keraguan

Ketika ide-ide dari Timur sampai ke Eropa pada Abad Pertengahan, para matematikawan Eropa seperti Fibonacci (dikenal karena deret Fibonnaci-nya) mulai mendengar tentang bilangan negatif. Namun, mereka masih ragu. Banyak yang menganggap bilangan negatif sebagai "fiktif" atau hanya sekadar alat bantu hitung tanpa arti yang nyata.

Bahkan, René Descartes, seorang filsuf dan matematikawan terkenal di abad ke-17, menyebut bilangan negatif sebagai "bilangan palsu." Bagi Descartes dan rekan-rekan Eropa lainnya, bilangan negatif tampak tidak logis karena tidak bisa menggambarkan sesuatu yang nyata, seperti panjang atau jumlah benda. Namun, lambat laun pandangan ini berubah. Pada abad ke-17 dan 18, dengan berkembangnya ilmu aljabar dan kalkulus, bilangan negatif mulai diterima karena kegunaannya dalam menyelesaikan persamaan matematika yang rumit. Matematikawan seperti Isaac Newton dan Gottfried Wilhelm Leibniz menyadari bahwa bilangan negatif memainkan peran penting dalam konsep-konsep seperti perubahan arah (misalnya, kecepatan dan percepatan), serta dalam perhitungan grafik. Pada titik inilah bilangan negatif akhirnya mendapatkan tempat yang layak dalam dunia matematika, bukan lagi sebagai "bilangan palsu," tapi sebagai bagian dari realitas matematika yang lebih luas.


Sejarah bilangan negatif adalah perjalanan panjang dari ketidakpercayaan hingga penerimaan. Bilangan yang dulu ditolak karena tampak tidak masuk akal, kini menjadi salah satu bagian paling penting dalam matematika modern. Kemampuan para matematikawan masa lalu untuk menerima dan memahami hal yang tidak terlihat nyata adalah salah satu alasan mengapa kita sekarang bisa menikmati kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jadi, jika kamu pernah merasa bingung dengan bilangan negatif di sekolah, ingatlah bahwa bahkan para matematikawan hebat di masa lalu butuh waktu ratusan tahun untuk menerima konsep ini. Kini, bilangan negatif ada di mana-mana dan sangat berguna bagi kehidupan kita!

 Demikianlah artikel ini saya perbuat, semoga ini bisa menambah wawasan kita semua. TERIMAKASIH

No comments

Theme images by mariusFM77. Powered by Blogger.
//